Selasa, 14 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENETAPAN pH AIR LIUR



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENETAPAN pH AIR LIUR

LOGO POLITEKNIK PALU








Nama Praktikan    : Gustyan Indrakusuma
NIM                          : P07120212 087
Kelompok               : IV


Kementerian kesehatan R.I
Politeknik kesehatan Palu
Program studi keperawatan poso



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Pendahuluan
Air liur (saliva) disekresi oleh 3 pasang kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang sangat rendah, air liur submaksilaris dapat kental maupun encer tergantung pada rangsangan simpatis atau parasimpatis, air liur sublingualis mengandung banyak mukosa mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal, sekresi air liur dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan lokal di dalam mulut atau oleh perangsangan pusat akibat rangsangan psikis atau somatic.
Air liur  dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah untuk ditelan, air liur juga merupakakn tempat ekskresi obat-obat tertentu seperti alkohol dan morfin.
Air liur mengandung air kira-kira 99.5%. sekitar dua pertiga dari bahan terlarut dalam air liur merupakan bahan organik dan sepertinganya adalah bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat dan bikarbonat. Sedangkan kandungan organik air liur terutama terdiri atas musin enzim amylase, bahan organik lain yang juga terdapat dalam jumlah yang sedikit adalah urea, kolesterol, hormon-hormon tertentu, dll. Saliva juga mengandung berbagai macam sel, seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
pH air liur berkisar antara 5.6 hingga 7.6, biasanya pH air liur mendekati 6.8. Pada saat makan, pH air liur meningkat dan setelah makan pH akan turun.
Air liur yang berasal dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar anzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase dan kolinesterase. Namun yang penting untuk proses fisiologis tubuh adalah amylase dan lisozim.
Amilase air liur disebut dengan ptyalin. Amilase bekerja mengkatalisis pemecahan pati menjadi dekstrin (amilodekstrin, eritrodekstin dan akrodekstrin) dan maltose dengan  hidrolisis ikatan glikosidik alfa (1,4) pati. Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga pencernaan makanan oleh air liur terhenti setelah smakanan tersebut berada dalam suasana asam lambung.

B.       Tujuan Praktikum
Menetapkan pH air liur sewaktu.

C.       Dasar
Pada kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan perubahan sesuai dengan kadar H­­+ dalam larutan yang diperiksa.

D.      Bahan Praktikum
1.    Air liur tanpa perangsang lilin
2.    Air liur dengan perangsang lilin
3.    Lilin
4.    Buah mangga muda
5.    Kertas tissue
6.    Kain lap bersih
7.    Sabun cuci

E.       Alat Praktikum
1.    Indikator pH universal
2.    Tabung reaksi
3.    Handscuen (sarung tangan karet)
4.    Pisau
5.    Sikat tabung

F.        Alat Praktikum
1.    Sebagian kelompok mengambil sampel air liur dengan menggunakan rangsangan lilin dan sebagai lagi tidak menggunakan rangsangan lilin, sampel yang dikeluarkan dari mulut ditampung pada tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan sudah dikeringkan sekitar 2 ml.
2.    Celupkan kertas pH universal pada air liur sehingga semua kertas pH menjadi basah oleh air liur.
3.    Cocokkan warna kertas pH universal yang telah dicelupkan dengan standar warna pH, tentukan pH air liur.
4.    Catat pada tabel hasil percobaan kemudian bandingkan pH antara air liur yang dikeluarkan dengan menggunakan rangsangan lilin dengan yang tidak ada rangsangan lilin.
5.    Buat kesimpulan sementara.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa dan mengandung enzim amilase. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan air liur (saliva) yang menunjukkan bahwa saliva memiliki bobot jenis lebih besar daripada air, yaitu 1.008 g/mL. Penentuan sifat asam atau basa saliva ditentukan dengan cara pengujian indikator. Indikator yang digunakan adalah Penolftalein dan Methyl Orange. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ketika saliva ditetesi indikator FF maka saliva tersebut tidak berwarna dan ketika saliva tersebut ditetesi indikator MO saliva tersebut menjadi berwarna kuning. Warna-warna yang diperlihatkan pada kedua uji indikator menunjukan bahwa saliva bersifat asam.
Berdasarkan hasil praktikum, pH air liur dengan rangsangan lilin ( rangsangan local) dan tanpa rangsangan lilin itu membuat indicator pH berubah warna. Warna-warna yang diperlihatkan pada kedua uji indikator menunjukan bahwa saliva bersifat asam. Dikatakan asam karena pH dengan rangsangan lilin adalah 6 ( rata-rata kelas hasil praktikum 5,5) dan  dengan rangsangan mangga, pHya 5.5 (rata-rata kelas hasil praktikum = 6). Hal ini sesuai dengan sifat dari air liur yang ber pH sedikit asam yaitu berkisar 5,6 hingga 7,6.
Saliva biasanya mengandung peptida tetapi tidak mutlak ada. Hal ini dikarenakan makanan setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengandung protein dan ada yang tidak. Pembentukan suatu ikatan amida antara dua asam amino atau lebih, menghasilkan peptida. Peptida adalah asam poliamino dan ikatan amidanya yang menyebabkan asam aminonya bergabung disebut ikatan peptida. Gugus perlindungan yang tepat biasanya digunakan untuk menjamin kekhususan reaksi pada setiap tahap (Pine 1988). Uji biuret biasanya diperlukan untuk mendeteksi adanya ikatan peptida dalam suatu larutan. Reaksi biuret terjadi ketika suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang berwarna ungu. Sementara reaksi Milon positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif karena tirosin memiliki gugus fenol dalam strukturnya (Metjesh 1996).





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Saliva mempunyai bobot jenis 1.008 g/ml. Berdasarkan uji lakmus PP dan MO, saliva memiliki pH asam. Saliva mengandung protein berdasarkan uji Biuret dan uji Milon. Hasil positif pada uji Molisch disebabkan adanya sisa makanan pada air liur probandus. Uji musin, klorida, sulfat, dan fosfat  menunjukkan reaksi yang positif.

B.     Saran
Berdasarkan Praktikum Lengkap Cairan Tubuh ( pH Air Liur ) ini diharapkan para pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan air liur ( saliva ) serta kelenjar yang bekerja pada saat kita makan.
















DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung : Ganesha.
Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud

Tidak ada komentar:

Posting Komentar