LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENETAPAN pH AIR
LIUR
Nama Praktikan : Gustyan
Indrakusuma
NIM : P07120212 087
Kelompok :
IV
Kementerian kesehatan R.I
Politeknik kesehatan Palu
Program studi keperawatan poso
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Air
liur (saliva) disekresi oleh 3 pasang kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris dan
sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang
sangat rendah, air liur submaksilaris dapat kental maupun encer tergantung pada
rangsangan simpatis atau parasimpatis, air liur sublingualis mengandung banyak
mukosa mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal, sekresi air liur
dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan lokal di dalam
mulut atau oleh perangsangan pusat akibat rangsangan psikis atau somatic.
Air
liur dalam rongga mulut berfungsi
sebagai pelicin dan untuk membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah untuk
ditelan, air liur juga merupakakn tempat ekskresi obat-obat tertentu seperti
alkohol dan morfin.
Air
liur mengandung air kira-kira 99.5%. sekitar dua pertiga dari bahan terlarut
dalam air liur merupakan bahan organik dan sepertinganya adalah bahan
anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain adalah natrium, kalium,
kalsium, magnesium, fosfat dan bikarbonat. Sedangkan kandungan organik air liur
terutama terdiri atas musin enzim amylase, bahan organik lain yang juga
terdapat dalam jumlah yang sedikit adalah urea, kolesterol, hormon-hormon
tertentu, dll. Saliva juga mengandung berbagai macam sel, seperti sel epitel
mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
pH
air liur berkisar antara 5.6 hingga 7.6, biasanya pH air liur mendekati 6.8.
Pada saat makan, pH air liur meningkat dan setelah makan pH akan turun.
Air
liur yang berasal dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar anzim antara
lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase dan kolinesterase. Namun yang
penting untuk proses fisiologis tubuh adalah amylase dan lisozim.
Amilase
air liur disebut dengan ptyalin. Amilase bekerja mengkatalisis pemecahan pati
menjadi dekstrin (amilodekstrin, eritrodekstin dan akrodekstrin) dan maltose
dengan hidrolisis ikatan glikosidik alfa
(1,4) pati. Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga
pencernaan makanan oleh air liur terhenti setelah smakanan tersebut berada
dalam suasana asam lambung.
B. Tujuan
Praktikum
Menetapkan
pH air liur sewaktu.
C. Dasar
Pada
kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan perubahan sesuai dengan
kadar H+ dalam larutan yang diperiksa.
D. Bahan
Praktikum
1. Air
liur tanpa perangsang lilin
2. Air
liur dengan perangsang lilin
3. Lilin
4. Buah
mangga muda
5. Kertas
tissue
6. Kain
lap bersih
7. Sabun
cuci
E. Alat
Praktikum
1. Indikator
pH universal
2. Tabung
reaksi
3. Handscuen
(sarung tangan karet)
4. Pisau
5. Sikat
tabung
F.
Alat Praktikum
1. Sebagian
kelompok mengambil sampel air liur dengan menggunakan rangsangan lilin dan
sebagai lagi tidak menggunakan rangsangan lilin, sampel yang dikeluarkan dari
mulut ditampung pada tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan sudah dikeringkan
sekitar 2 ml.
2. Celupkan
kertas pH universal pada air liur sehingga semua kertas pH menjadi basah oleh
air liur.
3. Cocokkan
warna kertas pH universal yang telah dicelupkan dengan standar warna pH,
tentukan pH air liur.
4. Catat
pada tabel hasil percobaan kemudian bandingkan pH antara air liur yang
dikeluarkan dengan menggunakan rangsangan lilin dengan yang tidak ada
rangsangan lilin.
5. Buat
kesimpulan sementara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Saliva adalah
cairan yang lebih kental daripada air biasa dan mengandung enzim amilase. Hal
ini sesuai dengan hasil pengamatan air liur (saliva) yang menunjukkan bahwa
saliva memiliki bobot jenis lebih besar daripada air, yaitu 1.008 g/mL.
Penentuan sifat asam atau basa saliva ditentukan dengan cara pengujian
indikator. Indikator yang digunakan adalah Penolftalein dan Methyl Orange.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ketika saliva ditetesi indikator FF maka
saliva tersebut tidak berwarna dan ketika saliva tersebut ditetesi indikator MO
saliva tersebut menjadi berwarna kuning. Warna-warna yang diperlihatkan pada
kedua uji indikator menunjukan bahwa saliva bersifat asam.
Berdasarkan hasil
praktikum, pH air liur dengan rangsangan lilin ( rangsangan local) dan tanpa
rangsangan lilin itu membuat indicator pH berubah warna. Warna-warna yang
diperlihatkan pada kedua uji indikator menunjukan bahwa saliva bersifat asam.
Dikatakan asam karena pH dengan rangsangan lilin adalah 6 ( rata-rata kelas
hasil praktikum 5,5) dan dengan
rangsangan mangga, pHya 5.5 (rata-rata kelas hasil praktikum = 6). Hal ini
sesuai dengan sifat dari air liur yang ber pH sedikit asam yaitu berkisar 5,6
hingga 7,6.
Saliva biasanya
mengandung peptida tetapi tidak mutlak ada. Hal ini dikarenakan makanan setiap
orang berbeda-beda. Ada yang mengandung protein dan ada yang tidak. Pembentukan
suatu ikatan amida antara dua asam amino atau lebih, menghasilkan peptida.
Peptida adalah asam poliamino dan ikatan amidanya yang menyebabkan asam
aminonya bergabung disebut ikatan peptida. Gugus perlindungan yang tepat
biasanya digunakan untuk menjamin kekhususan reaksi pada setiap tahap (Pine
1988). Uji biuret biasanya diperlukan untuk mendeteksi adanya ikatan peptida
dalam suatu larutan. Reaksi biuret terjadi ketika suatu peptida yang mempunyai
dua buah ikatan peptida atau lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+
dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang berwarna ungu.
Sementara reaksi Milon positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung
tirosin akan memberikan hasil positif karena tirosin memiliki gugus fenol dalam
strukturnya (Metjesh 1996).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saliva mempunyai bobot jenis
1.008 g/ml. Berdasarkan uji lakmus PP dan MO, saliva memiliki pH asam. Saliva
mengandung protein berdasarkan uji Biuret dan uji Milon. Hasil positif pada uji
Molisch disebabkan adanya sisa makanan pada air liur probandus. Uji musin,
klorida, sulfat, dan fosfat menunjukkan reaksi yang positif.
B.
Saran
Berdasarkan
Praktikum Lengkap Cairan Tubuh ( pH Air Liur ) ini diharapkan para pembaca
dapat memahami apa yang dimaksud dengan air liur ( saliva ) serta kelenjar yang
bekerja pada saat kita makan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia.
2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung : Ganesha.
Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar
Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles
of Biochemistry.
Matjesh, Sabirin.
1996. Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar